Sunday, September 5, 2010

Tugas Morfologi dan Arsitektur Kota

Review

Kota Bojonegoro merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah cukup panjang dan kompleks dalam proses perkembangannya menjadi sebuah kota seperti saat ini. Sebuah kabupaten yang berkembang pesat, sehingga menjadi sebuah kota yang memiliki masyarakat yang heterogen. Meskipun begitu, masyarakat Bojonegoro masih memegang teguh tradisi dan adat istiadatnya, salah satunya sebuah slogan “sepi ing pamrih, rame ing gawe” tetap dijaga hingga sekarang. Slogan tersebut bila diartikan menjadi rajin dan giat dalam bekerja tetapi tidak mengharapkan imbalan, begitulah masyarakat bojonegoro beraktifitas dengan menggunakan slogan tersebut.

Pada awal berdirinya kota ini ditandai dengan kebudayaan hindu yang berkembang cukup pesat, Bojonegoro termasuk dalam wilayah kerajaan Majapahit. Kemudian pada saat kerajaan Majapahit runtuh, Bojonegoro pindah ke wilayah kerajaan Demak, Jawa Tengah. Dengan berpindahnya kekuasaan pemerintahan, maka juga terjadi perubahan kebudayaan dari masyarakat hindu lama, menyesuaikan menjadi masyarakat islam yang baru. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya berbagai barang peninggalan kuno bercorak hindu di kabupaten Bojonegoro. Masyarakat kabupaten Bojonegoro dapat menerima perpindahan nilai – nilai kebudayaan tersebut dengan baik tanpa konflik yang merugikan masyarakatnya sendiri. Awal abad XVI merupakan tahap dimana bojonegoro dipimpin oleh raja beragama islam yaitu Raden Patah dan dibantu oleh senopati Jumbun, serta adipati Bintoro. Saat itu Bojonegoro telah menjadi wilayah kedaulatan Demak. Bisa diperkirakan selama kurun waktu tersebut, masyarakatnya mempelajari agama dan kebudayaan islam yang berasal dari kerajaan Demak. Penyebaran agama dan kebudayaan islam, dilakukan dengan cara-cara yang baik dan tidak memaksa. Hal itu ditunjukkan oleh tidak adanya konflik antar agama dan saling toleransi antar masyarakatnya.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, terjadi peralihan kekuasaan pada Bojonegoro yang disertai konflik dan pergolakan dan membawa Bojonegoro ke wilayah kerajaan Pajang. Tahun 1568 saat itu Bojonegoro dipimpin oleh Raden Jaka Tingkir, seorang adipati Pajang. Pergolakan yang terjadi mungkin dikarenakan oleh kepemimpinan kerajaan Pajang yang kurang mampu mengendalikan situasi dan kondisi pada masyarakat Bojonegoro. Selanjutnya Pangeran Benawa yang saat itu memerintah kerajaan Pajang tidak sanggup melawan senopati yang merebut kekuasaan Pajang tahun 1587. Senopati yang membawa Pajang ke kerajaan Mataram, sehingga Bojonegoro pun ikut menjadi wilayah kekuasaan Mataram.

Sunan Amangkurat yang saat itu memimpin Mataram berhasil dipengaruhi VOC, sehingga ada beberapa daerah kekuasaan Mataram yang diambil VOC. Mataram mengalami kekalahan politik pada tahun 1677 terhadap VOC. Berbagai konflik yang terjadi di wilayah kerajaan Mataram tersebut memberi pengaruh terhadap perkembangan Bojonegoro selanjutnya, sehingga Bojonegoro lebih memilih untuk menjadi sebuah Kabupaten sendiri. Masyarakat Bojonegoro juga tampaknya sudah lelah dengan semua pergolakan yang terjadi, maka dengan dipimpin oleh seorang wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Toemapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang merubah kadipaten Bojonegoro menjadi kabupaten Bojonegoro pada tanggal 20 Oktober 1677 dan pada hari itu juga ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bojonegoro.

Ternyata dalam perkembangan kota Bojonegoro dipengaruhi oleh berbagai masalah pada sejarah pembentukannya. Gejolak pada masa peralihan kekuasaan membuat masyarakatnya mengalami perubahan nilai-nilai budaya. Masyarakat yang sejak dulu sudah mengenal agama dan kebudayaan dari hindhu ke islam sampai agama dan kebudayaan lainnya, memiliki solodaritas yang tinggi serta lebih mengutamakan gotong royong dan kerjasama antar umat beragama. Bojonegoro yang awalnya hanya sebuah wilayah yang dikuasai kerajaan Majapahit setelah mengalami berbagai proses dalam kurun waktu yang lama akhirnya berubah menjadi sebuah kabupaten mandiri yang memiliki wedana seorang bupati untuk memimpin masyarakatnya hingga sampai saat ini.

sumber : http://aziz.student.umm.ac.id/2010/02/03/kota-bojonegoro/